PENGEROYOKAN YANG MENGAKIBATKAN TEWASNYA SEORANG SUPORTER THE JAKMANIA DARI SUDUT PANDANG MIND TECHNOLOGY

Oleh : Liman Harijono, praktisi hipnoterapi (mind technology)

suicide

Peristiwa sadis itu berlangsung di area Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung, Minggu (23/9/2018) kemarin, sekitar pukul 13.00 WIB atau sebelum laga antara Persib vs Persija digelar.

Adalah seorang pemuda. suporter The Jakmania, Haringga Sirila, yang pada saat itu datang jauh-jauh untuk menyaksikan tim kesayangannya, Persija, tewas di tempat akibat dikeroyok dan dianiaya belasan Bobotoh suporter Persib Bandung.

16 orang Bobotoh ditangkap dan 8 orang di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Umur mereka bervariasi antara 17-40 tahunan.

Mengapa mereka melakukan tindakan biadab tersebut secara kolektif, ini dapat dijelaskan dari sudut pandang ilmu pikiran (


technology).

Dari segi ilmu pikiran, muatan emosi yang tinggi/ intens disertai fanatisme identitas mampu menerobos critical factor/ filter dari belasan Bobotoh. Begitu ada pemicu untuk menyerang, maka mereka akan terprovokasi untuk melakukan penyerangan.

Critical factor (filter/ saringan untuk masuk ke pikiran bawah sadar) seperti pandangan salah dan benar, norma agama dan sosial ditembus dengan sangat mudah.

Critical factor ini dibentuk oleh program/ memori-memori masa kanak-kanak oleh orangtua, guru dan lingkungan sosialnya.

Bila program masa kanak-kanak ditanamkan secara baik dan persisten ke dalam pikiran bawah sadar mereka, dan tangki cinta mereka penuh, niscaya kejadian tersebut tidak akan teejadi. Filter pikiran akan bekerja dengan baik dan akan ada penolakan atas ajakan melakukan tindakan tidak beradab dan brutal tersebut.

Lalu siapa yang salah?
Mereka yang “menanamkan program” dan tidak menyiangi dengan ‘bahasa cinta’ serta mengisi penuh tangki cintalah yang bertanggung jawab atas tindakan brutal itu.

Saat tangki cinta seseorang kosong, maka dia akan bermasalah. Kewajiban orang-orang terdekat (terutama orangtua) untuk mengisi tangki cinta anak-anaknya, sehingga menjadi anak yang baik dan dapat mencerna serta tidak mengambil bagian dari suatu tindak kejahatan.

Beramai-ramai netizen berniat untuk menanyangkan video kekerasan tersebut. Bagaimana menurut Anda? Apakah bagus untuk menayangkan video-video semacam itu di sosial media kita?

Dari segi ilmu pikiran, video-video kekerasan ini memasukkan data dan informasi bermuatan negatif dan bisa menimbulkan gangguan psikis bagi mereka yang menonton.

Kejadian yang membawa emosi negatif intens ini bisa menyebabkan gangguan kecemasan dan ketakutan bagi pemirsanya. Dan bagi mereka yang pernah mengalami kejadian-kejadian yang mirip, tontonan ini dapat menggulung emosi negatif yang ada dan menyebabkan gejala/ simtom yang menimbulkan masalah bagi pemirsanya.

Stop menayangkan berita/ video kekerasan dan stop untuk menonton video-video bermuatan emosi negatif tinggi (pembunuhan, pemerkosaan, dsb) atau suatu saat nanti Anda akan merasakan akibatnya.

Bagi orang-orang dengan gangguan kejiwaan tertentu, video ini menjadi makanan lezat yang dapat memuaskan dahaganya untuk berbuat kejahatan.

Berita-berita dan lebih parah bila bentuknya adalah audio visual akan terekam erat dalam pikiran bawah sadar, dan bagi Anda yang menontonnya, itu sesungguhnya adalah sampah pikiran.

Bijaklah dalam media sosial.

Liman Harijono

About Liman Harijono

Medical Doctor, Certified Hypnotherapist & Certified Trainer Member of Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, Master in Hospital Administration, Master in Law.