Ketidakhadiran Orangtua Memengaruhi Perkembangan Otak Anak
Sebuah penelitian menemukan bahwa anak yang hidup tanpa kehadiran orangtua, untuk waktu tertentu, dapat mengalami perlambatan pertumbuhan otak.
Penelitian yang dilakukan di Tiongkok ini meneliti anak-anak yang ditinggal orangtua yang bekerja di luar kota dan anak-anak ini hidup bersama sanak keluarganya. Beberapa orangtua meninggalkan rumah selama berbulan-bulan, dan ada pula yang sampai bertahun-tahun.
Di Tiongkok, kejadian ini cukup parah karena ada banyak pekerja yang bermigrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Yuan Xiao, salah satu peneliti berkata, “Kami ingin memelajari struktur otak anak-anak yang ditinggal orangtuanya. Penelitian sebelumnya mendukung hipotesa bahwa perhatian orangtua dapat secara langsung memengaruhi perkembangan otak anak. Namun, hampir semua penelitian sebelumnya dilakukan pada anak-anak yatim piatu. Kami meneliti anak-anak yang tinggal bersama sanak keluarga karena ditinggal orangtuanya yang harus bekerja di tempat jauh.”
Pemindaian (scanning) otak dilakukan pada 38 anak yang ditinggal orangtuanya, berusia antara 7 – 13 tahun. Hasilnya dibandingkan dengan pemindaian otak anak-anak yang tinggal bersama orangtua mereka. Anak-anak yang ditinggal orangtuanya punya lebih banyak “gray matter” di bagian otak yang berhubungan dengan memori dan emosi.
Para peneliti memperkirakan ini adalah akibat dari kurangnya pemangkasan sinapsis, koneksi antarneuron. Pemangkasan sinapsis penting sebagai bagian dari tahap pertumbuhan menjadi remaja.
Anak-anak dengan volume “gray matter”yang lebih besar pada wilayah otak ini, dari temuan penelitian, cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah.
Menurut Xiao, “Penelitian kami memberi bukti empiris pertama yang menunjukkan bahwa kurangnya perhatian langsung oleh orangtua memengaruhi perkembangan otak anak-anak yang ditinggali orangtuanya. Upaya-upaya tambahan dibutuhkan untuk memberi dukungan intelektual dan emosional pada anak-anak yang ditinggal oleh orangtuanya.”
Hasil penelitian ini dipresentasikan di The Radiological Society of North America.
(sumber: Psyblog)
———————–
Catatan Adi W. Gunawan, pakar mind technology:
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan di ruang praktik kami. Banyak anak yang tinggal serumah dengan orangtuanya, namun karena orangtua sibuk sendiri, entah sibuk dengan pekerjaan atau sibuk dengan hal lain, tidak memberi perhatian, kasih sayang, dan atau dukungan kepada anaknya.
Anak hidup dalam kesendirian, tanpa kehadiran orangtuanya, hanya berinteraksi dan jalani hidup bersama pengasuhnya. Anak-anak ini selain secara intelektual kurang juga biasanya mengalami masalah di aspek emosi.
Untuk Sahabat FB, mohon bantuan untuk share artikel ini kepada sebanyak mungkin sahabat atau orangtua agar mereka bisa beri perhatian yang menjadi hak anak-anak mereka.