Menurut Britannica, Fobia adalah ketakutan ekstrim dan irasional terhadap objek atau situasi tertentu.

Fobia diklasifikasikan sebagai jenis gangguan kecemasan, karena kecemasan merupakan gejala utama yang dialami penderitanya.

Fobia dianggap sebagai respons emosional yang dipelajari. Secara umum diyakini bahwa fobia terjadi ketika rasa takut yang ditimbulkan oleh situasi awal yang mengancam dipindahkan ke situasi serupa lainnya, dengan ketakutan awal yang sering ditekan atau dilupakan.

Ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap air, misalnya, mungkin didasarkan pada pengalaman masa kecil yang terlupakan tentang hampir tenggelam. Orang tersebut kemudian mencoba untuk menghindari situasi tersebut di masa depan, sekaligus mengurangi kecemasan dalam jangka pendek, memperkuat asosiasi orang tersebut terhadap situasi tersebut dengan saat permulaan terjadinya kecemasan.

Istilah fobia ini sudah tidak asing lagi bagi telinga masyarakat di Indonesia. Beberapa jenis fobia yang dikenal umum masyarakat kita, antara lain : fobia ketinggian, fobia ruang sempit, fobia air, fobia kecoak, laba-laba, kaki seribu, cecak dan sebagainya.

Ada bermacam-macam jenis fobia, bahkan ratusan. Berikut ini adalah daftar fobia yang sering terjadi:

Hal yang unik adalah fobia yang disebut sebagai tripofobia (trypophobia). Tripofobia merupakan salah satu fobia unik yang ada di dunia.

Trypophobia (Tripofobia) adalah rasa takut dan jijik yang luar biasa kepada lubang yang tersusun dalam pola janggal dalam jumlah banyak, misalnya sarang lebah, sarang semut, dan buah lotus. (Wikipedia)

Banyak orang mengklaim mengalami hal ini namun kondisi ini belum tercatat dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” atau literatur sains lainnya.

Istilah tripofobia ini muncul pada tahun 2005, berasal dari Bahasa Yunani. τρύπα (trýpa) berarti lubang dan φόβος (phóbos) berarti ketakutan.

Penderita triporfobia akan merasa jijik dan timbul rasa takut saat melihat lubang-lubang kecil yang kemudian menimbulkan perasaan ilusi seolah memiliki lubang-lubang kecil pada tubuhnya.

Biasanya benda yang dapat memicu penderita penyakit tripofobia saat melihat benda seperti spons, sarang lebah, gelembung dan lubang-lubang lainnya. Kadang tembok yang yang berlubang-lubang juga menimbulkan tripofobia ini.

Seorang psikolog dari Universitas Kent di Inggris menjelaskan bahwa penyebab dari kondisi penyakit tripofobia dapat timbul karena perasaan akan sebuah parasit dan penyakit. Mereka menjelaskan bahwa penderita tripofobia memiliki kondisi di mana mereka takut akan tertular infeksi penyakit, seperti  cacar, campak, rubela, tifus, demam scarlet dan lain-lain yang memiliki bentuk pola melingkar dan lubang. Hal ini yang membuat penderita tripofobia menjadi takut akan lubang-lubang.

Saat melihat banyak lubang, penderita tripofobia akan merasa jijik dan gatal sekujur tubuhnya. Tak hanya gatal, penderita akan merasa gelisah saat melihat objek yang memiliki banyak lubang.

Gejala yang dirasakan oleh penderita tripofobia ini antara lain :

1. Timbul rasa jijik, melebihi rasa takut
2. Takut dan cemas yang berlebihan
3. Keluar keringat dingin, denyut jantung cepat, sesak napas
4. Panik
5. Tidak berdaya untuk melawan rasa takutnya
6. Pada anak-anak seringkali menangis

Cara mengatasi fobia :

1. Fobia sebenarnya seringkali tidak membutuhkan pengobatan, Namun bila terasa sangat mengganggu dapat dilakukan terapi.
2. Terapi oleh psikolog : terapi perilaku kognitif, psikoterapi (exposure therapy)
3. Hipnoterapi dan konseling karena tripofobia merupakan masalah emosional yang mendalam
4. Psikiater : obat-obatan yang untuk mengurangi perasaan cemas, takut dan panik  (anxiety-reducing medication), seperti : beta-blocker dan benzodiazepine, yang dibarengi dengan exposure therapy.