TRAUMA AKIBAT BULLYING DI SEKOLAH

800px-Bullying_on_Instituto_Regional_Federico_Errázuriz_(IRFE)_in_March_5,_2007

Professor Emeritus Peter K Smith, University London, dalam bukunya yang berjudul “Understanding School Bullying” menyatakan bahwa 10% anak-anak menjadi korban bullying dan 5% di antaranya terlibat dalam perilaku membully yang lainnya.

Bullying (Peter K. Smith) didefinisikan sebagai perilaku agresif berulang yang dimaksudkan untuk menyakiti yang dipengaruhi oleh ketidakseimbangan kekuasaan/ kekuatan (dominasi) di mana anak yang menjadi target bullying akan mengalami/ merasakan mimpi buruk tanpa akhir. Dengan demikian kita tahu bahwa target bullying adalah mereka yang dianggap lebih lemah.

Wikipedia mendefinisikan “bullying” sebagai penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan yang disalahgunakan untuk mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.

Tindakan bullying terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya bullying dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

Tindakan bullying ini ramai dibicarakan di dunia maya, media sosial juga media cetak dan media tv. Anak yang mengalami bullying akan merasakan ketakutan yang sangat hebat dan seringkali bermimpi buruk.

Masyarakat selama ini belum banyak yang mengetahui bahwa hipnoterapi merupakan salah satu alternatif untuk menangani korban bullying.

Kejadian bullying ini dialami oleh seorang Klien saya, sebut saja namanya Fahmi. Fahmi adalah seorang anak laki-laki berusia 6 tahun. Dia dibawa oleh orangtuanya ke tempat praktik saya dengan keluhan telah mengalami bullying di sekolah oleh teman sepantarannya.

Pada saat pelajaran agama, Fahmi selalu bertemu dengan Arman, yang sebenarnya bukan teman sekelas Fahmi. Beberapa hal yang dilakukan Arman terhadap Fahmi adalah merampas dan melempar kacamata, buku pelajaran agama dan alat-alat tulis milik Fahmi. Hal yang lebih parah adalah kekerasan fisik yang dilakukan oleh Arman, yaitu memukul dan menendang Fahmi.

Arman sebenarnya mempunyai perawakan yang lebih kecil dibanding Fahmi, tetapi yang bersangkutan mengikuti salah satu latihan bela diri, sehingga Fahmi takut terhadap Arman.

Pada suatu pagi ketika Fahmi akan berangkat sekolah, tiba-tiba dia tidak mau ke sekolah, dan bercerita ke orangtuanya bahwa minggu lalu saat pelajaran agama, dia dipukul dan ditendang oleh Arman tepat di kemaluannya. Kacamata dan bukunya dirampas dan dibuang.

Kedua orangtua Fahmi kaget. Pada hari yang sama si ibu pergi ke sekolah, menghadap pihak yang berwenang di sekolah. Namun pihak sekolah tidak merespons dengan baik apa yang dikeluhkan si ibu.

Si ibu banyak mendapatkan cerita dari teman-temannya, sesama ibu-ibu yang juga mengantar anaknya pergi ke sekolah serta beberapa orang teman Fahmi, bahwa mereka melihat Fahmi dipukul di daerah ulu hati dan ditendang kemaluannya. Menurut si ibu ini bukan kejadian pertama kalinya.

Akhir-akhir ini si ibu mengamati Fahmi dalam tidur malamnya kerap bermimpi buruk, gelisah dan ketakutan. Si ibu bahkan mengambil video keadaan Fahmi ketika tidur dan mempostingnya di laman media sosialnya. Si ibu hanya bisa menangis dan menangis serta menahan marah melihat perubahan atas diri Fahmi. Curahan hati si ibu dicurahkan juga di media sosialnya.

Si ibu memeriksakan kesehatan Fahmi ke sebuah rumah sakit besar di Jakarta, memeriksakan kondisi kesehatan Fahmi ke dokter spesialis mata, dokter spesialis urologi dan seorang Psikolog, untuk mengetahui efek yang terjadi sebagai akibat penendangan dan pemukulan yang dilakukan Arman.

Trauma yang dialami Fahmi sangatlah kuat, sehingga keseharian Fahmi tidak lagi ada keceriaan. Keluarga mencoba untuk membawa Fahmi berekreasi, tetapi muka Fahmi tetap datar, tidak terlihat bahwa Fahmi bisa menikmati rekreasi yang seharusnya sangat menyenangkan bagi anak-anak sepantarannya.

Suatu pagi di hari minggu, Fahmi dibawa menemui saya di ruang praktik saya oleh kedua orangtuanya. Setelah mengisi intake form, saya mempersilahkan orangtuanya untuk masuk terlebih dahulu. Saya lakukan tanya jawab ringan untuk menggali semua permasalahan yang dialami Fahmi. Saya melihat trauma intens juga terjadi pada ibunya, ada rasa tidak terima dan marah atas kejadian yang menimpa buah hatinya.

Saya berharap dengan membuat si ibu tenang, maka si ibu akan lebih kuat dalam mendukung kesembuhan buah hatinya. Dengan menggunakan metode hipnoterapi, saya mulai memproses si ibu, terjadi abreaksi berkali-kali, karena emosi-emosinya yang cukup intens. Selesai terapi, si ibu merasa nyaman dan lega.

Kemudian saya persilahkan Fahmi untuk masuk ke tempat praktik saya. Fahmi adalah seorang anak kecil berusia 6 tahun, SD Kelas I, perawakan sedikit agak gemuk, berkaca mata, di wajahnya menandakan ada kesedihan, raut wajahnya tampak datar tanpa keceriaan.

Pada proses terapi saya menemukan saat pertama Fahmi mengalami pembullyan yang dilakukan oleh Arman. Dengan menggunakan teknik tertentu hipnoterapi, saya ubah PBS Fahmi untuk berani melawan aksi pembullyan yang dilakukan Arman. Alhasil PBS Fahmi menjadi berani terhadap Arman. Terlihat jelas di wajahnya ada keceriaan ketika PBS nya berani terhadap Arman.

Pasca terapi terlihat Fahmi sudah sangat ceria, terjadi perubahan drastis. Fahmi yang tadinya pendiam kini dengan keceriaan dan “kenakalan” seorang anak kecil yang normal, dia tidak bisa diam, bergurau, naik turun sofa di ruang keluarga saya. Ibunya mengatakan bahwa ini saat pertama kali beliau melihat Fahmi ceria kembali, seperti sediakala.

Saya ceritakan mengenai temuan-temuan saya selama memproses Fahmi dan beberapa tips untuk memulihkan psikis Fahmi kepada kedua orangtuanya.

Saat mereka pulang, Fahmi dan orangtuanya berpamitan ke saya, katanya hendak pergi ke sebuah mal di BSD.

Beberapa hari kemudian saya melakukan follow up terhadap hasil terapi. Sepulang terapi, malam harinya Fahmi sudah bisa tidur tenang dan sudah banyak perubahan, dibandingkan hari-hari sebelum dibawa menjalani terapi.

Ada rasa senang bisa membantu Fahmi untuk mengatasi trauma akibat bullying.

 

Liman Harijono

About Liman Harijono

Medical Doctor, Certified Hypnotherapist & Certified Trainer Member of Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, Master in Hospital Administration, Master in Law.