Kelahiran bayi bisa memicu serentetan emosi yang kuat, mulai dari rasa senang dan bahagia hingga ketakutan dan kecemasan. Tapi itu juga bisa menghasilkan sesuatu yang mungkin tidak diharapkan – depresi.
Menurut Centers for Disease Control, 11 sampai 20% wanita yang melahirkan setiap tahun memiliki gejala depresi pascamelahirkan. Jika dianggap rata-rata 15% dari empat juta kelahiran hidup di AS setiap tahunnya, ini berarti sekitar 600.000 wanita mengalami post partum depression (PPD) setiap tahun di Amerika Serikat saja.
Banyak ibu baru mengalami “postpartum baby blues” setelah melahirkan, yang biasanya mencakup perubahan suasana hati, menangis, kegelisahan dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya dimulai dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan, dan mungkin berlangsung hingga dua minggu.
Tetapi beberapa ibu baru mengalami bentuk depresi berat yang lebih parah dan dikenal sebagai depresi pascamelahirkan. Hal lain, namun jarang terjadi adalah gangguan suasana hati yang ekstrem yang disebut psikosis pascamelahirkan juga bisa terjadi setelah melahirkan.
Depresi pascamelahirkan bukanlah suatu cacat, aib atau kelemahan. Terkadang itu hanya komplikasi melahirkan. Jika seorang wanita mengalami depresi pascamelahirkan, perawatan dini/ segera, dapat membantu mengelola gejala yang muncul dan si ibu bisa menikmati merawat bayinya dengan baik.
Gejala
Tanda dan gejala depresi setelah persalinan bervariasi, dan bisa dari ringan hingga berat.
Gejala postpartum baby blues
Tanda dan gejala baby blues – bisa berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua minggu setelah bayi Anda lahir, mencakup:
- Mood (suasana hati) mudah berubah
- Kegelisahan
- Kesedihan
- Sifat lekas marah
- Merasa terbebani
- Menangis
- Konsentrasi berkurang
- Masalah selera/ kurang bergairah
- Kesulitan tidur
Gejala depresi pascamelahirkan
Depresi pascamelahirkan pada awalnya mungkin hanya seperti baby blues – namun tanda dan gejala lebih intens dan bertahan lebih lama, akhirnya mengganggu kemampuan si ibu untuk merawat bayinya dan menangani tugas sehari-hari lainnya. Gejala biasanya berkembang dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, tapi mungkin akan berlangsung sampai enam bulan setelah kelahiran.
Gejala depresi pascamelahirkan meliputi:
- Suasana hati yang tidak nyaman atau perubahan mood yang parah
- Menangis berlebihan
- Kesulitan dalam membangun ikatan batin dengan si bayi
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Ketidakmampuan tidur (insomnia) atau tidur nyenyak
- Kelelahan yang luar biasa atau kehilangan energi
- Mengurangi minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasanya dinikmati
- Lekas marah dan amarah berlebih
- Takut dan merasa bahwa si ibu bukanlah ibu yang baik
- Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
- Kemampuannya berkurang untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Kecemasan dan serangan panik yang parah
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau si bayi
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Tidak diobati, depresi pascamelahirkan bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama.
Psikosis pascapersalinan
Dengan psikosis pascamelahirkan – kondisi langka yang biasanya berkembang dalam minggu pertama setelah melahirkan – tanda dan gejala bahkan lebih parah lagi. Tanda dan gejala bisa meliputi:
- Kebingungan dan disorientasi
- Pikiran obsesif tentang si bayi
- Halusinasi dan delusi
- Gangguan tidur
- Paranoia
- Upaya untuk menyakiti diri sendiri atau si bayi. Psikosis pascamelahirkan dapat menyebabkan pikiran atau perilaku yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan segera.
Kapan harus ke dokter
Jika Anda merasa tertekan setelah kelahiran bayi Anda, Anda mungkin enggan atau malu untuk mengakuinya. Tapi jika Anda mengalami gejala baby blues postpartum atau depresi pascamelahirkan, hubungi dokter Anda. Jika Anda memiliki gejala yang menunjukkan bahwa Anda mungkin mengalami psikosis pascamelahirkan, segera dapatkan bantuan.
Penting untuk menghubungi dokter Anda sesegera mungkin jika tanda dan gejala depresi memiliki ciri-ciri berikut:
- Tidak hilang setelah dua minggu
- Semakin parah
- Mengalami kesulitan untuk merawat si bayi
- Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari
- Timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau si bayi
- Memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Jika pada suatu saat si ibu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, maka dia harus segera meminta bantuan dari pasangannya (suaminya) atau orang terdekat lainnya untuk merawat bayinya dan hubungi pskiater/ psikolog/ hipnoterapis untuk mencari solusi bagi permasalahannya, dokter umum, teman dekat, pemimpin spiritual atau orang lain di komunitas, atau orang terdekat lainnya.
Orang dengan depresi mungkin tidak mengenali atau mengakui bahwa mereka depresi. Mereka mungkin tidak menyadari tanda dan gejala depresi. Jika Anda menduga bahwa seorang teman atau orang yang dicintai memiliki depresi pascamelahirkan atau sedang mengalami psikosis pascamelahirkan, segera bantu mereka untuk mendapat perawatan medis. Jangan menunggu dan berharap untuk perbaikan.
Selain mengikuti saran dokter Anda, berikut adalah beberapa cara untuk melawan depresi pascamelahirkan :
Yakinlah bahwa Anda adalah ibu yang baik Mengalami depresi pasca melahirkan tidak menjadikan seseorang menjadi ibu yang buruk;
Kurangi harapan diri. Ingat bahwa tidak ada yang namanya super-mom, dan tidak ada berkompetisi menjadi ibu dengan ibu lainnya. Anda adalah milik bayi Anda, dan Anda dicintai oleh anak-anak Anda,
Cobalah untuk menikmati setiap hari yang Anda jalani. Dapatkan bantuan untuk pekerjaan rumah dan bayi, meski hanya satu jam.
Bicaralah dengan pasangan Anda, teman, tetangga atau anggota keluarga untuk bantuan rutin. Ambil pengasuh bayi jika Anda mampu membayarnya.
Luangkan waktu untuk diri sendiri, biarpun hanya sekitar 20 menit. Lakukan sesuatu yang ingin Anda lakukan; Seperti menonton TV, mengobrol dengan seorang teman, membaca sesuatu, pergi jalan-jalan (meskipun Anda juga bisa melakukan hal ini dengan bayi Anda di kereta/ tempat bayi), atau apa pun yang akan membuat Anda merasa baik.
Bagikan pemikiran Anda dengan teman dekat secara reguler atau simpan buku harian dan ekspresikan emosi Anda.
Bergabunglah dengan grup dukungan online. Membiarkan semuanya akan membuat Anda merasa jauh lebih baik.
Beri diri Anda penghargaan untuk hal-hal yang Anda lakukan dengan baik mengenai diri Anda, bayi atau keluarga Anda. Alih-alih bersikap terlalu keras terhadap tiga hal yang tidak dapat Anda lakukan, berkonsentrasilah pada satu hal yang Anda lakukan dengan baik hari ini. Jika Anda merasa tidak melakukan sesuatu hari ini dari daftar tugas, optimis: besok adalah hari baru! Terlihat baik. Jika terlihat bagus, Anda akan merasa nyaman.
Jaga kesehatan tubuh dan pribadi Anda. Menyusun kembali isi lemari atau mengganti potongan rambut Anda yang selama ini ingin Anda lakukan, boleh Anda lakukan.. Jika Anda khawatir tentang berat badan pasca kehamilan Anda dan merasa rendah diri tentang hal itu, ingatlah bahwa Anda tidak mendapatkan berat badan itu dalam sebulan; Berikan tubuh Anda beberapa waktu untuk kembali ke bentuk pra-kehamilan.
Keluar! Nikmati sinar matahari. Letakkan bayi Anda di kereta dorong dan berjalan-jalanlah. Penelitian menyatakan sinar matahari bisa meningkatkan mood seseorang. Bawa kereta dorong untuk berbelanja. Bayi Anda akan menikmati perjalanan dan Anda bisa memberi hadiah kepada diri Anda dengan beberapa baju bagus, gelang atau sepatu.
Penyebab
Tidak ada penyebab tunggal depresi pascamelahirkan, namun masalah fisik dan emosional mungkin berperan.
Perubahan fisik. Setelah melahirkan, penurunan hormon secara dramatis (estrogen dan progesteron) di tubuh si ibu dapat menyebabkan depresi pascamelahirkan. Hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga mungkin turun tajam – yang bisa membuat Anda merasa lelah, lesu dan depresi.
Masalah emosional Bila si ibu kurang tidur dan terbebani, Si ibu mungkin mengalami masalah dalam menangani masalah kecil sekalipun. Si ibu mungkin cemas tentang kemampuannya merawat bayi yang baru lahir. Si ibu mungkin merasa kurang menarik dan kehilangan identitas seperti halnya saat belum hamil/ melahirkan.
Faktor risiko
Depresi pascamelahirkan bisa berkembang setelah kelahiran anak yang ke berapa pun, bukan hanya yang untuk anak pertama.
Risikonya terjadinya depresi pascamelahirkan ini meningkat jika:
- Memiliki riwayat depresi sebelumnya, baik saat hamil maupun depresi di luar kehamilan;
- Memiliki gangguan bipolar sebelumnya;
- Pernah mengalami depresi pascamelahirkan setelah kehamilan sebelumnya;
- Memiliki anggota keluarga yang mengalami depresi atau masalah stabilitas suasana hati lainnya;
- Pernah mengalami kejadian stres setahun terakhir, seperti komplikasi kehamilan, penyakit atau kehilangan pekerjaan;
- Bayi yang dilahirkan memiliki masalah kesehatan atau berkebutuhan khusus lainnya;
- Mengalami kesulitan menyusui;
- Mengalami masalah dalam hubungan dengan pasangan atau orang penting lainnya;
- Kurangnya dukungan orang-orang dekat di sekitarnya;
- Memiliki masalah keuangan;
- Kehamilan tidak terencana atau tidak diinginkan.
Bagaimana depresi dapat mengatasi depresi pascamelahirkan (post partum depression) ?
Hipnoterapi sangatlah efektif dalam mengatasi masalah-masalah yang terkait emosi dan mood, ganguan tidur, halusinasi, delusi, dan lain-lain yang merupakan gejala-gejala (symptom) yang ada dalam depresi pascamelahirkan.
Dengan metode relaksasi yang dalam, hipnoterapis akan dengan mudah membawa Klien ke saat pertama kali gejala-gejala tersebut muncul untuk pertama kalinya dan mengatasinya. Beberapa teknik dapat dilakukan dalam sesi relaksasi dalam tersebut. Edukasi yang diberikan kepada pikiran bawah sadar tentang hal-hal positif dapat dilakukan dengan lebih efektif jika dibandingkan dengan cara konseling, termasuk timbulnya keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri dan bayinya.
Tentunya kemampuan dan jam terbang seorang hipnoterapis klinis sangatlah diperlukan dalam mengatasi depresi pascamelahirkan ini dengan baik.